Trauma
merupakan penyebab utama kematian pada 4 dekade pertama. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengelolaan sistematik, mudah dinilai dan diulang karena watu
sangat penting.
Pengertian
luas initial assessment adalah proses penilaian secara cepat pada penderita
gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi, dikerjaakan
secara sistematis, dan proses ini meliputi:
1.
Persiapan penderita
2.
Triase
3.
Survey primer
4.
Resusitasi
5.
Pemeriksaan penunjang untuk survey
primer
6.
Survey sekunder
7.
Pemeriksaan penunjang untuk survey
sekunder
8.
Pengawasan dan evaluasi ulang
9.
Terapi definitive
 |
Pelaksanaan Resusitasi |
PELAKSANAAN
INITIAL ASSESSMENT
Initial
assessment dilakukan sejak pra rumah sakit dan intra rumah sakit. Adapun
persiapannya:
1.
Tahapan pra rumah sakit/preparation
pre hospital system
a.
Menyiapkan guidelines/protocol
transportasi pasien
b.
Persiapan untuk SDM dan
perlengkapannya
c.
Melakukan pemeriksaan dan resusitasi
pada penderita
d.
Koordinasi petugas lapangan dengan
dokter di rumah sakit
e.
Koordinasi dengan rumah sakit yang
sesuai dengan cedera pasien
2.
Tahapan intra rumah sakit/preparation
inhospital
a. Kesiapan perlengkapan untuk
resusitasi (peralatan, tim medis)
b.
Standard precautions
c.
Persiapan untuk tindakan resusitasi
yang lebih kompleks
d.
Persiapan untuk terapi definitive
e.
Persetujuan untuk memindahkan pasien
bila rumah sakit tersebut tidak lengkap
Beberapa alat yang diperlukan dalam standard
precautions yaitu:
1.
Penutup kepala
2.
Baju pelindung
3.
Sarung tangan
4.
Masker
5.
Shoe covers/ pelapis sepatu
6.
Goggles/face shieds
TRIASE
Triase
(triage) adalah tindakan untuk mengelompokan penderita berdasar beratnya cedera
yang diprioritaskan berdasar ada tidaknya gangguan pada A (Airway), B
(Breathing), dan C (Curculating). Triase juga mencakup pengertian mengatur
rujukan sedemikian rupa sehingga penderita mendapatkan tempat perawatan yang
sesuai.
Tindakan
triase juga dikerjakan pada keadaan bencana atau korban massal.
SURVEY
PRIMER
Survey
primer atau primary survey adalah pemeriksaan secara cepat fungsi vital pada
penderita trauma dengan prioritas pada ABCD, sebagai berikut:
- A
(Airway) adalah mempertahankan jalan nafas dan menjaga stabilitas tulang leher
(cervical control).
- B
(Breathing) adalah pernapasan yang disertai ventilasi.
- C
(Circulation) adalah mempertahankan sirkulasi bersama dengan tindakan untuk
menghentikan perdarahan (control of hemorrhage)
- D
(Disability) adalah pemeriksaan untuk menilai gangguan kesadaran dan
neurologis.
- E
(Environment atau Exposure) adalah pemeriksaan pada seluruh tubuh penderita
dengan melepas semua pakaian dan cegah hipotermi.
Prioritas
penanganan kegawatdaruratan dilakukan berdasar urutan diatas, tetapi bila
memungkinkan dapat juga dilakukan secara simultan. Prioritas penanganan untuk
pasien usia muda, usia lanjut, anak, ibu hamil adalah sama.
Airway+Cervical
Control
Pemeriksaan
airway bisa dimulai dengan membuka mulut dengan chin lift atau jaw trust
maneuver untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan oleh benda asing/darah dan
lain-lain. Selama melakukan hal tersebut, harus dijaga stabilitas tulang leher,
khususnya pada trauma meltipel atau trauma dibagian atas klavikula. Curiga cedera
tulang leher harus diantisipasi dengan benar sampai terbukti tidak ada. Apabila
kita mencurigai adanya trauma leher maka berikan perlindungan pada leher dan tulang
belakang.
Breathing+Ventilation
Breathing
(pernapasan) dan Ventilation (ventilasi=proses pertukaran gas) yang baik
memerlukan kerja dinding dada, paru dan diafragma yang baik pula. Gangguan pada
salah satu organ tersebut dapat menyebabkan gangguan pada pernapasan dan
ventilasi. Beberapa keadaan akut akibat trauma yang dapat menyebabkan gangguan
pernafasan yang fatal adalah tension pneumothorax, flail chest yang disertai
kontusio pulmonum, hematotoraks massif dan pneumothoraks terbuka.
Circulation+Hemorrhage
Control
Penilaian
fungsi sirkulasi secara cepat dapat dilakukan dengan menilai kesadaran, warna
kulit dan nandi. Menghentikan perdarahan external dapat dikerjakan bersamaan
dengan resusitasi cairan melalui infus.
Reaksi
tubuh terhadap hilangnya cairan (perdarahan) dapat berbeda, antara lain:
- Pada orang tua kemampuan kompensasi
sudah jauh berkurang sehingga resusitasi harus diberikan secara cepat
- Pada usia dini, kompensasi sangat
besar sehingga tanda-tanda kegagalan sirkulasi muncul lambat.
- Pada olahragawan daya kompensasi
lebih besar daripada orang biasa, dengan ciri khas lebih jarang timbul
takikardi keadaan hipovolemia.
Disability
Pemeriksaan
neurologi secara cepat dapat dilakukan
dengan metode AVPU (Allert, Voice Respond, Pain Respond, Unresponsive). Selain pemeriksaan
AVPU/GCS dinilai juga reflex cahaya dan ukuran kedua pupil.
Environment-Exposure
Pemeriksaan
seluruh bagian tubuh harus dilakukan disertai pencegahan hipotermi. Pemasangan bidai
atau vacuum matras untuk menghentikan perdarahan dapat juga dilakukan pada fase
ini. Tindakan lainnya yang dapat dikerjakan pada survey primer adalah
pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oksimetri, pemasangan monitor EKG,
kateter dan NGT, analisa gas darah, USG dan atau DPL (diagnostic peritoneal
lavage)
Tindakan
resusitasi pada survey primer terdiri dari:
- Mempertahankan
jalan nafas
- Ventilasi
dan oksigenasi
- Hentikan
perdarahan
- Resusitasi
cairan dan darah
- Hindari
hipotermi
SURVEY SEKUNDER
Prinsip
pada survey sekunder adalah memeriksa ulang seluruh tubuh dengan lebih teliti
mulai dari ujung rambur sampai jari kaki (head to toe), baik pada tubuh bagian
depan maupun belakang. Dimulai dengan anamnesa singkat, pemeriksaan penunjang
yang diperlukan dapat dilakukan pada fase ini diantaranya pemeriksaan BNO-IVP,
foto abdomen datar, CT-Scan atau MRI.
Sumber : Buku Ajar Basic PPGD I Tahun 2012
Tidak ada komentar: